Senin, 21 September 2015

Pepunden leluhur Pendawa dan Kurawa

Leluhur Pandawa Kurawa

Pendawa & Kurawa
Cerita ini bermula, kertika Batara Brahma dan Batara Wisnu hendak berbesanan. Batara Brahma mempunyai putera laki laki yang sudah dewasa bernama Bremana dan Bremani, sedangkan Batara Wisnu juga mempunyai seorang puteri yang sudah dewasa bernama Srihuni. Ceritanya sungguh menarik.Cerita ringkasnya Bremani putera Batara Brahma, adalah satria dari Pertapaan Saptaharga, beserta kakaknya Bremana raja Gilingwesi, dipanggil ayahandanya di kahyangan Daksinageni. Mereka mendapat perintah ayahnya agar Bremana kawin dengan Dewi Srihuni, puteri Batara Wisnu. Namun Bremana menyatakan belum siap untuk hidup berkeluarga..

Kemudian oleh Batara Brahma ditawarkan kepada Bremani adiknya, ternyata telah siap dikawinkan. Namun syaratnya Bremani harus mengalahkan raja raksasa yang akan mennyerang Kayangan Batara Wisnu. Untarasegara. Raksasa itu mencoba untuk merebut dewi Srihuni. Maka Bremani segera ke kerajaan raksasa itu, dan ia dapat mengalahkannya. Kemudian Bremani dan Dewi Srihuni dikawinkan. Dari perkawinan mereka lahirlah Bambang Parikenan. Ketika mereka bertamu ke negeri Gilingwesi, istana, Prabu Bremana, kakak Bremani kelihatannya kakaknya terpesona ketika melihat Dewi Srihuni. Kakaknya merasa kecewa, karena kalau tahu sejak dahulu kecantikan Dewi Srihuni, pastilah ia mau mengawininya. Bremani tahu isi hati kakaknya, maka Dewi Srihuni diminta agar mau diceraikan. Dewi Srihuni terkejut mendengar perintah suaminya. Kemudian Bremani berkata kepada istrinya, bahwa sebenarnya jodoh Dewi Srihuni adalah dengan kakaknya,

Silsilah  Leluhur Astinapura
Bremana. Dewi Srihuni taat pada suaminya, iapun menyetujui. Mereka kembali ketempat ayahnda, Batara Brahma di Kahyangan Daksinageni,, namun Batara Brahma tidak bisa memberikan keputusan, disuruhnya mereka menemui Batara Wisnu. Batara Wisnu menyetujuinya. Namun Bremana juga mendapat perintah untuk mengalahkan kerajaan raksasa, yang berniat menyerang Untarasegara lagi. Bremana segera berangkat, dan terjadilah perkelahaian, antara Bremana dan para raksasa. Patih Pulasta yang menggantikan menjadi raja, akhirnya takluk kepada Bremana. Bremana akhirnya dikawinkan dengan Dewi Srihuni. Bremani kembali bersama bayinya ke pertapan Saptarengga, sedangkan kakaknya beserta Dewi Srihuni pergi meninggalkan tanah Jawa (India), pergi ke Alengkadiraja. Kelak akan menutrunkan raja raja Alengka. Dewi Srihuni melahirkan seorang putri bernama Dewi Bremanawati. setelah dewasa akan diperistri Prabu Banjar Anjali dari Kerajaan Alengkadiraja.

Raden Sakutrem
Sementara itu Batara Wisnu juga mempunyai anak bernama Srinada, yang menjadi raja di Wirata. yang bergelar Basurata kawin dengan Batari Brahmaniyuta, berputera Betari Brahmanineki. Batara Parikanan kawin dengan Betari Brahmananeki, berputera Betari Kaniraras dan Betari Kaniraras ini nantinya akan kawin dengan Begawan Manumayasa. Untuk pertama kalinya Semar dan putera puteranya,Gareng, Petruk dan Bagong, setelah turun dari Kahyangan mereka mengabdi pada Begawan Manumayasa. Dewa menginginkan agar mereka mendapat keturunan yang baik dan berkuwalitas, maka Dewa mengirim dua bidadari yang bernama Betari Kaniraras dan Betari Kanastri atau Betari Kanastren ada yang menyebut pula Dewi Sinduragen, atau Dewi Sutiragen. Dewi Kanastren. menjadi istri Semar. Sedangkan Dewi Kaniraras menjadi istri Resi Manuma yasa, dari Dewi Kaniraras, Resi Manumayasa berputera Bambang Sekutrem. Sekutrem menikah dengan Dewi Nilawati berputera Bambang Sakri dan Bambang Sayadi. Bambang Sayadi ini yang akan menurunkan raja raja di Mandaraka. Bambang Sekutrem diminta sraya oleh Dewa untuk mengusir pasukan Prabu Kalimantara dari Negeri Cempaka Kawedar yang telah merusak kahyangan Jonggringsaloka, Batara Narada turun ke marcapada menemui Begawan Manumayasa, Dimintanya Begawan Manumayasa mengijinkan Batara Narada untuk mengajak Bambang Sekutrem ke Kahyangan, menjadi jago dewa untuk mengusir musuh yang telah memasuki Kahyangan Jonggringsaloka. Prabu Kalimantara, beserta pasukannya, dengan didukung oleh Aria Tunggulnaga, Aria Sarotama, Aria Ardadedali. Sesampai di Kahyangan, Bambang Sekutrem berhadapan dengan Prabu Kalimantara. Prabu Kalimantara tertawa terbahak bahak, ketika mengetahui para Dewata tidak berani melawan, justru orang biasa yang dijagokan untuk melawan dirinya. Dalam peperangan tersebut Prabu Kalimantara beserta pasukannya dapat dibinasakan oleh Bambang Sekutrem. Setelah Prabu Kalimantara dan pasukannya tewas, ternyata prabu Kalimantara beserta pasukannya menjadi pusaka pusaka sakti. Prabu Kalimantara menjadi Pusaka Jamus Kalimusada. Kemudian mereka ada yang menjadi pusaka Tunggulnaga, serta pusaka pusaka, Sarotama, dan Ardadedali. Para Dewa memberikan semua pusaka pada Bambang Sekutrem. Disamping senjata pusaka, Bambang Sekutrem mendapat anugerah berupa seorang bidadari bernama Dewi Nilawati. Bambang Sekutrem menikah dengan Dewi Nilawati, mendapatkan putera Bambang Sakri dan Bambang Sayati Bambang Sayati ini yang akan menurunkan raja raja di Mandaraka. Bambang Sakri kawin dengan Dewi Sati mempunyai seorang putera bernama Bambang Palasara Bambang Sakri seperti halnya ayahnya, menjadi jagoning Dewa, dan sebagai penghargaan dewa, Bambang Sakri mendapat sebutan Batara, menjadi Batara Sakri.

Raden Palasara
Bambang Palasara memang seorang pertapa yang tangguh. Pada suatu hari Bambang Palasara dengan di temani Para Punakawan, menuju hutan melakukan tapa brata. Semar dan anak anaknya sangat mengkhawatirkan keadaan Bambang Palasara. Karena sudah bertahun tahun, Bambang Palasara tidak pernah berhenti dari tapanya, Sampai seluruh tubuhnya di tumbuhi lumut dan tumbuhan yang menjalar keseluruh tubuh.

Pada suatu saat, ada sepasang burung yang membuat sarang di atas kepala Bambang Palasara. Sarang telah jadi, burung bertelur dan mengerami, sampai telur itupun menetas. Terjadi perselisihan antara burung jantan dan betina. Burung jantan meninggalkan burung betinanya. Burung betina menunggui anak anaknya dengan setia, Pada suatu saat burung betina mencari makan dan tak pernah kembali kesarangnya anak-anaknya menciap-ciap kelaparan. Disitulah Bambang Palasara baru terbangun dari tapanya. Para Punakawan senang melihat majikannya telah bangun dari tapanya, tetapi bukan itu maksudnya, Bambang Palasara mengambil sarang burung dari atas kepalanya Bambang Palasara berniat menyusulkan anak anaknya pada induknya. Sarang burung itu kemudian dibawanya ketempat kedua induk burung itu berada.

Namun Bambang Palasara tidak bisa menemukan kedua induk burung. Semar beserta anak-anaknya menjadi bingung. Karena tidak mungkin bisa menemukan kedua induknya, karena tempat disini banyak ratusan burung berterbangan. Namun Bambang Palasara mengenal sekali pada kedua burung itu. Tiba tiba Palasara melihat kedua nduk burung terbang meyeberangi Sungai Gangga. Bambang Palasara mengejar burung itu. Pengejaran Bambang Palasara terhenti sampai ditepi sungai. Palasara tidak bisa mengejar burung itu, Ia berhenti ditepi sungai Gangga, karena tidak bisa menyeberangi sungai Gangga. Untunglah ada tukang tambang perahu. Disungai Gangga ini, ada seorang wanita yang dikenal dengan nama Dewi Rara Amis. Ia memang berbau amis, tetapi wajahnya sangat cantik, Melihat kedatangan Bambang Palasara di pinggir sungai, Dewi Durgandini nama yang sesungguhnya, menyapa Bambang Palasara.

Resi Manumayasa
Dewi Durgandini menyanggupi untuk membawa Bambang Palasara menyeberang sungai Gangga, Dewi Durgandini adalah putera Prabu Basuketi Raja Wirata. Sesampai di tengah sungai, ternyata anak-anak burung yang dibawa oleh Palasara, sudah bisa terbang sendiri menyusul kedua induknya.

Bambang Palasara meminta Dewi Durgandini untuk mandi disebuah telaga. Setelah mandi, bahu amis Dewi Durgandini bisa hilang, bahkan berbahu harum. Kemudian Bambang Palasara memberikan sebuah nama baru untuk Dewi Durgandini. Akhirnya Bambang Palasara memperistri Dewi Durgandini dan sekaligus memberi nama baru Dewi Setyawati. Dari perkawinan mereka, mendapatkan seorang putera bernama Abiyasa (Begawan Abiyasa). Rupanya peristiwa burung yang membuat sarang dikepala Bambang Palasara, mempertemukan Bambang Palasara, dengan Dewi Durgandini. suatu firasat dari dewa, bahwa dengan mempertemukan keduanya, maka kelak dimasa mendatang keduanya akan menurunkan Raja Raja Besar di tanah Jawa. Untuk menghubungkan Pandawa dan Kurawa dengan Kerajaan Astina, maka untuk kita ketahui silsilah Raja Raja Astina, yang dimulai dari :

Begawan Bisma
1.      Raja pertama, Prabu Nahusta,
2.      Raja kedua, Prabu Yayati,
3.      Raja ketiga, Prabu Kuru,
4.      Raja keempat, Prabu Dusyanta,
5.      Raja kelima, Prabu Barata,
6.      Raja keenam, Prabu Hasti,
7.      Raja ketujuh, Prabu Puru,
8.      Raja kedelapan, Prabu Pratipa,
9.      Raja kesembilan, Prabu Sentanu,
10.    Raja kesepuluh, Prabu Wicitragada
11.     Raja kesebelas Prabu Wicitrawirya.

sumber : media seni budaya wayang Indonesia

https://youtu.be/5QvDNdhDzbk?list=PLhLTmvfBrUUqtzyEsqhDPIceDsTsHONWf

https://youtu.be/B3JFcpTcFyw?list=PLVWaqUDivyzKjeB86fJxXk_-3etbL0tI6



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar