Leluhur Pandawa Kurawa
Pendawa & Kurawa |
Cerita ini
bermula, kertika Batara Brahma dan Batara Wisnu hendak berbesanan. Batara
Brahma mempunyai putera laki laki yang sudah dewasa bernama Bremana dan
Bremani, sedangkan Batara Wisnu juga mempunyai seorang puteri yang sudah dewasa
bernama Srihuni. Ceritanya sungguh menarik.Cerita ringkasnya Bremani putera
Batara Brahma, adalah satria dari Pertapaan Saptaharga, beserta kakaknya
Bremana raja Gilingwesi, dipanggil ayahandanya di kahyangan Daksinageni. Mereka
mendapat perintah ayahnya agar Bremana kawin dengan Dewi Srihuni, puteri Batara
Wisnu. Namun Bremana menyatakan belum siap untuk hidup berkeluarga..
Kemudian oleh
Batara Brahma ditawarkan kepada Bremani adiknya, ternyata telah siap
dikawinkan. Namun syaratnya Bremani harus mengalahkan raja raksasa yang akan
mennyerang Kayangan Batara Wisnu. Untarasegara. Raksasa itu mencoba untuk
merebut dewi Srihuni. Maka Bremani segera ke kerajaan raksasa itu, dan ia dapat
mengalahkannya. Kemudian Bremani dan Dewi Srihuni dikawinkan. Dari perkawinan
mereka lahirlah Bambang Parikenan.
Ketika mereka bertamu ke negeri Gilingwesi, istana, Prabu Bremana, kakak
Bremani kelihatannya kakaknya terpesona ketika melihat Dewi Srihuni. Kakaknya
merasa kecewa, karena kalau tahu sejak dahulu kecantikan Dewi Srihuni, pastilah
ia mau mengawininya. Bremani tahu isi hati kakaknya, maka Dewi Srihuni diminta
agar mau diceraikan. Dewi Srihuni terkejut mendengar perintah suaminya. Kemudian
Bremani berkata kepada istrinya, bahwa sebenarnya jodoh Dewi Srihuni adalah
dengan kakaknya,
Silsilah Leluhur Astinapura |
Bremana. Dewi Srihuni taat pada suaminya, iapun menyetujui. Mereka kembali
ketempat ayahnda, Batara Brahma di Kahyangan Daksinageni,, namun Batara Brahma
tidak bisa memberikan keputusan, disuruhnya mereka menemui Batara Wisnu. Batara
Wisnu menyetujuinya. Namun Bremana juga mendapat perintah untuk mengalahkan
kerajaan raksasa, yang berniat menyerang Untarasegara lagi. Bremana segera
berangkat, dan terjadilah perkelahaian, antara Bremana dan para raksasa. Patih
Pulasta yang menggantikan menjadi raja, akhirnya takluk kepada Bremana. Bremana
akhirnya dikawinkan dengan Dewi Srihuni. Bremani kembali bersama bayinya ke
pertapan Saptarengga, sedangkan kakaknya beserta Dewi Srihuni pergi
meninggalkan tanah Jawa (India), pergi ke Alengkadiraja. Kelak akan menutrunkan
raja raja Alengka. Dewi Srihuni melahirkan seorang putri bernama Dewi
Bremanawati. setelah dewasa akan diperistri Prabu Banjar Anjali dari Kerajaan
Alengkadiraja.
Raden Sakutrem |
Sementara itu
Batara Wisnu juga mempunyai anak bernama Srinada, yang menjadi raja di Wirata. yang
bergelar Basurata kawin dengan Batari Brahmaniyuta, berputera Betari
Brahmanineki. Batara Parikanan kawin dengan Betari Brahmananeki, berputera
Betari Kaniraras dan Betari Kaniraras ini nantinya akan kawin dengan Begawan Manumayasa. Untuk pertama
kalinya Semar dan putera puteranya,Gareng, Petruk dan Bagong, setelah turun
dari Kahyangan mereka mengabdi pada Begawan Manumayasa. Dewa menginginkan agar
mereka mendapat keturunan yang baik dan berkuwalitas, maka Dewa mengirim dua
bidadari yang bernama Betari Kaniraras dan Betari Kanastri atau Betari
Kanastren ada yang menyebut pula Dewi Sinduragen, atau Dewi Sutiragen. Dewi
Kanastren. menjadi istri Semar. Sedangkan Dewi Kaniraras menjadi istri Resi
Manuma yasa, dari Dewi Kaniraras, Resi Manumayasa berputera Bambang Sekutrem. Sekutrem menikah dengan
Dewi Nilawati berputera Bambang Sakri
dan Bambang Sayadi. Bambang Sayadi ini yang akan menurunkan raja raja di
Mandaraka. Bambang Sekutrem
diminta sraya oleh Dewa
untuk mengusir pasukan Prabu Kalimantara dari Negeri Cempaka Kawedar yang telah merusak
kahyangan Jonggringsaloka, Batara Narada turun ke marcapada menemui Begawan Manumayasa, Dimintanya
Begawan Manumayasa mengijinkan Batara Narada untuk mengajak Bambang Sekutrem ke
Kahyangan, menjadi
jago dewa untuk mengusir musuh yang telah memasuki Kahyangan Jonggringsaloka.
Prabu Kalimantara, beserta pasukannya, dengan didukung oleh Aria Tunggulnaga,
Aria Sarotama, Aria Ardadedali. Sesampai di Kahyangan, Bambang Sekutrem
berhadapan dengan Prabu Kalimantara. Prabu Kalimantara tertawa terbahak bahak,
ketika mengetahui para Dewata tidak berani melawan, justru orang biasa yang
dijagokan untuk melawan dirinya. Dalam peperangan tersebut Prabu Kalimantara
beserta pasukannya dapat dibinasakan oleh Bambang Sekutrem. Setelah Prabu
Kalimantara dan pasukannya tewas, ternyata prabu Kalimantara beserta pasukannya
menjadi pusaka pusaka sakti. Prabu
Kalimantara menjadi Pusaka Jamus Kalimusada. Kemudian mereka ada yang
menjadi pusaka Tunggulnaga, serta pusaka pusaka, Sarotama, dan Ardadedali. Para
Dewa memberikan semua pusaka pada Bambang Sekutrem. Disamping senjata pusaka, Bambang
Sekutrem mendapat anugerah berupa seorang bidadari bernama Dewi Nilawati. Bambang Sekutrem menikah dengan Dewi Nilawati,
mendapatkan putera Bambang Sakri dan Bambang Sayati Bambang Sayati ini yang
akan menurunkan raja raja di Mandaraka. Bambang Sakri kawin dengan Dewi Sati
mempunyai seorang putera bernama Bambang
Palasara Bambang Sakri seperti halnya ayahnya, menjadi jagoning Dewa, dan
sebagai penghargaan dewa, Bambang Sakri mendapat sebutan Batara, menjadi Batara
Sakri.
Raden Palasara |
Bambang
Palasara memang seorang pertapa yang tangguh. Pada suatu hari Bambang Palasara
dengan di temani Para Punakawan, menuju hutan melakukan tapa brata. Semar dan
anak anaknya sangat mengkhawatirkan keadaan Bambang Palasara. Karena sudah
bertahun tahun, Bambang Palasara tidak pernah berhenti dari tapanya, Sampai
seluruh tubuhnya di tumbuhi lumut dan tumbuhan yang menjalar keseluruh tubuh.
Pada suatu
saat, ada sepasang burung yang membuat sarang di atas kepala Bambang Palasara. Sarang
telah jadi, burung bertelur
dan mengerami, sampai telur itupun menetas. Terjadi perselisihan antara burung
jantan dan betina. Burung
jantan meninggalkan burung betinanya. Burung betina menunggui anak anaknya
dengan setia, Pada suatu saat burung betina mencari makan dan tak pernah
kembali kesarangnya anak-anaknya menciap-ciap kelaparan. Disitulah Bambang Palasara
baru terbangun dari tapanya. Para Punakawan senang melihat majikannya telah
bangun dari tapanya, tetapi bukan itu maksudnya, Bambang Palasara mengambil sarang
burung dari atas kepalanya Bambang Palasara berniat menyusulkan anak anaknya
pada induknya. Sarang burung itu kemudian dibawanya ketempat kedua induk burung
itu berada.
Namun Bambang Palasara
tidak bisa menemukan kedua induk burung. Semar beserta anak-anaknya menjadi bingung. Karena tidak
mungkin bisa menemukan kedua induknya, karena tempat disini banyak ratusan
burung berterbangan. Namun Bambang Palasara mengenal sekali pada kedua burung
itu. Tiba tiba Palasara melihat kedua nduk burung terbang meyeberangi Sungai Gangga. Bambang Palasara
mengejar burung itu. Pengejaran
Bambang Palasara terhenti sampai ditepi sungai. Palasara tidak bisa mengejar
burung itu, Ia berhenti ditepi sungai Gangga, karena tidak bisa menyeberangi
sungai Gangga. Untunglah ada tukang tambang perahu. Disungai Gangga ini, ada
seorang wanita yang dikenal dengan nama Dewi Rara Amis. Ia memang berbau amis,
tetapi wajahnya sangat cantik, Melihat kedatangan Bambang Palasara di pinggir
sungai, Dewi Durgandini nama yang
sesungguhnya, menyapa Bambang Palasara.
Resi Manumayasa |
Bambang
Palasara meminta Dewi Durgandini untuk mandi disebuah telaga. Setelah mandi,
bahu amis Dewi Durgandini bisa hilang, bahkan berbahu harum. Kemudian Bambang Palasara
memberikan sebuah nama baru untuk Dewi Durgandini. Akhirnya Bambang Palasara
memperistri Dewi Durgandini dan sekaligus memberi nama baru Dewi Setyawati. Dari perkawinan mereka,
mendapatkan seorang putera bernama Abiyasa
(Begawan Abiyasa). Rupanya peristiwa burung yang membuat sarang dikepala Bambang
Palasara, mempertemukan Bambang Palasara, dengan Dewi Durgandini. suatu firasat
dari dewa, bahwa dengan mempertemukan keduanya, maka kelak dimasa mendatang
keduanya akan menurunkan Raja Raja Besar
di tanah Jawa. Untuk menghubungkan Pandawa
dan Kurawa dengan Kerajaan Astina,
maka untuk kita ketahui silsilah Raja Raja Astina, yang dimulai dari :
2.
Raja kedua, Prabu Yayati,
3.
Raja ketiga, Prabu Kuru,
4.
Raja keempat, Prabu Dusyanta,
5.
Raja kelima, Prabu Barata,
6.
Raja keenam, Prabu Hasti,
7. Raja
ketujuh, Prabu Puru,
8.
Raja kedelapan, Prabu Pratipa,
9.
Raja kesembilan, Prabu Sentanu,
10. Raja
kesepuluh, Prabu Wicitragada
11. Raja kesebelas Prabu
Wicitrawirya.sumber : media seni budaya wayang Indonesia
https://youtu.be/5QvDNdhDzbk?list=PLhLTmvfBrUUqtzyEsqhDPIceDsTsHONWf
https://youtu.be/B3JFcpTcFyw?list=PLVWaqUDivyzKjeB86fJxXk_-3etbL0tI6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar