BERMULA DARI NABI ADAM DAN SITI HAWA
" Purwaning cariyos hawewaton : KANDHA BUDA PURWAKA, KANDHA marang
caritane, BUDA marang asale, PURWAKA marang kawitane. Pramila samangkya sami
amastani perang budi kang tetela karya tilasing tabet ingkang awujud gambar rineka jalma inggih winastan wayang".
Wayang minangka pralampita wewayanganing agesang sarta gegambaraning pakarti sae lan pakarti awon. Wayang kawine ringgit, tegesipun karipta miring sarana den anggit. Sayekti anggitipun para pujangga linangkung duk ing uni Gumelaring jagad raya yekti wonten jaman ageng tigang prekawis, inggih punika:
Satunggal : Jaman Tirtayoga, Kalih : Jaman Dwapara, Tiga : Jaman Sengara
Bagi sementara orang, tidaklah banyak yang
mengetahui akan silsilah cerita wayang (Jawa) bermula. Bahkan bagi
penggemar wayangpun hanya sedikit yang mengetahui ataupun hanya sekilas
mengenal, bahwa asal mula kisah wayang juga turun dari Nabi Adam dan Siti Hawa.
Tetapi secara detail, sangat sedikit sekali orang yang betah menyelusuri hingga
mentok kemana sebetulnya cerita silsilah wayang bermula. Orang lebih banyak mengetahui
cerita Jaman para Pandawa-Kurawa (Mahabarata) serta Jaman Ramawijaya
(Ramayana).
Bahkan karena majunya
teknologi, cerita Mahabaratapun mungkin saja orang banyak atau generasi masa
sekarang lebih mengenal cerita Mahabarata dari film yang berasal dari India,
yang tentunya banyak berbeda dari silsilah
wayang Jawa. Penetrasi teknologi telah menembus dan mengkoyak tata silsilah
yang pada jamannya telah dibumikan ceritanya oleh para empu pedhalangan Jawa
supaya lebih kena terhadap budaya setempat dan sesuai dengan kearifan lokal.
Silsilah wayang Jawa
perlu diketahui, tidak memisahkan antara Mahabarata dan Ramayana seperti halnya
yang terjadi asalnya. Kedua cerita yang berbeda kitab dan berbeda penulis, oleh
empu Jawa telah diaduk dalam satu menu cerita wayang.
Dengan maksud agar alur
silsilah adaptasi dari mpu Jawa terutama versi dari tlatah Banyumas,
akan kami gali kembali silsilah asal mula tokoh wayang Mahabarata dan Ramayana,
sebagaimana tulisan cerita ini dimuat yang lebih berat pada wayang mBanyumasan.
Seperti diceritakan diatas,
bahwa wayang Jawa mBanyumasan (kedepan akan saya singkat saja dengan wayang)
berasal dari Jaman Nabi Adam. Hal ini dimungkinkan karena secara tatanan, orang
Jawa lebih dekat dengan tradisi keberagamaan pada masa wayang berkembang, dalam
hal ini Islam, dibanding dengan kejadian asal usul semesta yang diungkapkan
oleh Charles Darwin. Dengan kata lain, Adam dan Khawa lebih dipercaya sebagai
asal mula manusia dibanding dengan teori evolusi, yang menyebutkan bahwa asal
usul seluruh penghuni semesta termasuk manusia, berevolusi bentuk dari yang
paling primitive, kemudian berubah dan memecah secara perlahan menjadi klan dan
species yang baru selama kurun 15 milyar tahun lalu hingga kini. Bahkan para
Dewa dalam agama Hindupun dalam silsilah ini menjadi sub system silsilah
setelah Nabi Adam.
Baik Kita mulai cerita
ini, yang kami sajikan dalam bahasa Indonesia agar lebih dimengerti oleh
Masyarakat luas. Terpikir,
bahwa dengan mengenal, selanjutnya ada peluang untuk menjadi mencintai.
Ketika Jaman itu bernama Jaman Tirtayoga.
Yang berarti jagad yang tergelar masih kosong didasari mahluk yang bernama
manusia. Disana hanya terdapat empat warna yaitu, : SURYA, CANDRA, KARTIKA lan
BAWANA. Disitulah Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan ke bumi dengan
kesalahannya karena memakan buah kuldi.
Maka mulailah beliau
beranak pianak. Setiap Siti Hawa melahirkan, bayi dalam keadaan kembar atau
berarti setiap kali mengandung beliau melahirkan dua bayi lelaki dan wanita.
Kelahiran pertama, anak lelaki tampan sedangkan yang perempuan juga cantik.
Lahir yang kedua, yang lelaki dan wanitanya keduanya buruk rupa. Demikianlah secara selang seling Nabi Adam
dan Siti Khawa melahirkan pasangan demi pasangan, tampan dan buruk berganti
ganti.
Setelah anak Adam dan Siti Hawa semua
dewasa, maka kehendak Adam adalah mengawinkan anak anak mereka scara
berselingan. Artinya yang tampan dijodohkan dengan yang buruk, dan yang buruk
dijodohkan dengan yang cantik. Tetapi kemauan Nabi Adam ditolak oleh istrinya,
yang buruk akan dijodohkan dengan yang buruk juga.
Demikianlah mereka berdua dalam menjalani
kehidupan dibumi. Tetapi rencana yang berubah karena pertentangan itupun
diatasi dengan sayembara.
Kama Adam dan indung telur dikeluarkan oleh
keduanya, dan masing masing ditempatkan dalam dua buah cawan. Selanjutnya
mereka bersemedi memohon keadilan. Cawan siapakah yang akan berubah isinya
menjadi bayi, maka manusia itulah yang harus menjadi panutan. Dialah pertanda
manusia yang yang sempurna dan di ijinkan oleh Dzat Yang Maha Sempurna. Setelah
mendapatkan wangsit dari penguasa alam semesta, keduanya mengakhiri semedi.
Kejadiannya selanjutnya adalah:
Kama Adam berubah menjadi seorang bayi, sedangkan
indung telur Khawa berubah menjadi darah. Bayi lelaki dinamakan Sis dan mendapatkan
wahyu kenabian. Kehendak Yang Maha Agung, karena Sis mendapat wahyu kenabian,
maka disebut Nabi Sis.
Putra putri nabi Adam yang terdahulu yang
hidupnya menentang orang tuanya dalam masalah jodoh, pergi jauh ke Negeri
China. Mereka menyembah berhala. Ada lagi yang bernama Kabil, berebut jodoh
hingga tega membunuh saudaranya, Habil. Kabil terkena kutuk terjepit bumi dan
menjadi kerak neraka
Diceritakan, Nabi Sis, satu-satunya
keturunan Adam yang tidak lahir berpasangan, mendapatkan isteri seorang
bidadari, yang bernama Dewi Mulat. Suami istri ini mendapatkan dua orang putra
bernama Sayid Anwas dan Sayid Anwar.
Turun dari Sayid Anwas adalah para nabi dan
para raja, diantaranya Nabi Idris, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Isma’il, Sultan
Keenan, Sultan Barat, Sultan Munta Wasal dan lainnya. Sedangkan Sayid Anwar,
inilah sosok yang mengawali pemisahan antara para nabi dengan turun tokoh
wayang.
Sayid Anwar adalah sosok yang sangat
menggemari tapa atau olah kerohanian. Cita-cita yang sangat tinggi
menjadikannya orang yang terkemuka di dunia. Tidaklah ada orang lain yang
sanggup mengungguli kesaktiannya. Semua kemauannya haruslah terlaksana.
Didukung semua kemauannya oleh Tuhannya. Ia bahkan ingin hidup abadi. Untuk
itu, Sayid Anwar pergi dari negaranya dan ketika itulah ia diikuti oleh iblis
yang bernama Ijajil. Iblis Ijajil ingin agar Sayid Anwar mendapat celaka.
Ketika itu Sayid Anwar ada ditepi sungai
Nil, dan iblis Ijajil yang tidak kasat mata bersuara mengaku sebagai Sang Maha
Esa. Ia menyuruh Sayid Anwar terus berjalan menuju mata air Nil. Sayid
Anwarpun menurut apa yang diperintahkan Ijajil yang mengaku sebagai Tuhannya.
Setelah
sampai di mata air Sungai Nil, Iblis Ijajil berkata: “ Anwar, dengarkan kata kataku. Lihatlah ke
puncak gunung itu. Lihatlah dan naiklah engkau. Bila sudah mencapai puncak,
disitu ada cahaya berbinar tergantung tanpa cantelan. Masuklah engkau kedalam
cahaya itu!!”" untuk lanjutan cerita tersebut klik asal usul wayang (dewa)"
sumber: media seni budaya wayang Indonesia
gending jawa
terimakasih telah menambah skemata tentang cerita pewayangan syukron...barakallah...
BalasHapusDalam skema itu, para Kurawa adalah anak langsung Begawan Abiyasa atas pernikahannya dengan Dewi Ambaliki? Bukankah ayah Kurawa itu Drestarata
BalasHapusMaksudnya darah kuru.Drestarata dan Pandu juga keturunan mereka adalah termasuk darah kuru.
HapusMaksudnya darah kuru.Drestarata dan Pandu juga keturunan mereka adalah termasuk darah kuru.
HapusTerimakasih
BalasHapusAdatnusantara
Baca Terus
Budaya Indonesia
Cinta Indonesia
Kumpulan Ilmu
Kumpulan Rppk13
Blog Bermanfaat
Kumpulan Surat